Jumat, 05 Juni 2015

Amankah Pil atau Krim Pemutih Kulit?


Pada 2013, diumumkan 17 merek kosmetik yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Sebagian besar di antaranya adalah produk-produk pemutih kulit. Kulit putih kerap diasosiasikan dengan konsep cantik dan bahagia. Mitos ini membuat banyak wanita berlomba-lomba memutihkan kulit. Padahal tidak sedikit produk pemutih yang beredar di pasaran mengandung bahan-bahan yang berpotensi membahayakan bagi kesehatan. Berikut ini akan dibahas tentang seluk beluk pemutih kulit.

Melanin – Penentu Warna Kulit
Seperti menentukan warna rambut dan mata, warna kulit manusia juga ditentukan oleh warna dan kadar pigmen bernama melanin. Kadar melanin di dalam kulit pada umumnya ditentukan dari kombinasi faktor keturunan dan tingkat paparan sinar matahari. Kulit yang sering terpapar sinar matahari menstimulasi produksi melanin yang kemudian membuat kulit menjadi lebih gelap. Dengan kata lain, melanin adalah tabir surya alami atau bentuk adaptasi kulit manusia terhadap kondisi alam tempat dia berada.
Efek buruk ultraviolet lebih dapat dicegah pada kulit gelap karena mengandung banyak melanin. Ini karena melanin berfungsi untuk menyerap dan menghilangkan dampak negatif ultraviolet dari permukaan kulit. Dalam kadar paparan sinar matahari yang sama, orang berkulit putih sepuluh kali lebih berisiko mendapatkan penyakit karena bahaya sinar ultraviolet seperti kanker kulit daripada orang berkulit gelap.

Mencermati Bahan dan Cara Kerja Produk Pemutih
Bahan-bahan yang digunakan dalam produk pemutih berfungsi untuk mencerahkan warna kulit dengan cara melawan proses produksi melanin alami sehingga kadar melanin pada kulit menjadi berkurang. Dengan berkurangnya kadar melanin, warna kulit menjadi lebih putih. Setiap bahan mengandung manfaat dan efek samping. Beberapa bahan dikategorikan berbahaya karena menimbulkan dampak buruk meski dalam kadar terbatas sekalipun. Sementara bahan lain dapat ditoleransi sehingga sisi manfaatnya lebih dominan dari efek sampingnya.
Perlu diingat, bahwa pada umumnya pemutih kulit membuat produksi melanin berkurang, sehingga menyebabkan kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Dalam jangka panjang, penggunaannya dapat menyebabkan penuaan dini dan kaanker kulit. Dengan berkurangnya kadar melanin, dampak sinar ultraviolet terhadap kulit meningkat. Paparan sinar ultraviolet yang berlebihan mempercepat terjadinya keriput serta berpotensi memicu kanker kulit.

Bahan Berisiko

Merkuri (air raksa)
Merkuri atau air raksa adalah logam yang pada kondisi normal berbentuk cairan warna abu-abu  yang tidak berbau dan tidak larut dalam air dan alkohol, tapi larut dalam asam nitrat, asam sulfur panas, dan lipid.
Merkuri adalah bahan aktif yang berdampak dalam pengelupasan epidermis kulit. Dalam jangka panjang, penggunaannya dapat menyebabkan rusaknya fungsi ginjal, sistem saraf, dan timbul masalah psikologis, serta kelainan fungsi otak pada janin dari ibu pengguna pemutih berbahan merkuri.

Hidrokinon
Hidrokinon adalah bahan kimia yang digunakan pada proses cuci cetak foto dan berguna sebagai zat penstabil dalam minyak, cat, pernis, serta bahan bakar kendaraan.
Food and Drug Administration (FDA) atau Badan POM milik Amerika Serikat menyatakan bahwa produk pemutih yang dijual bebas di pasaran hanya boleh mengandung kadar hidrokinon maksimal hingga 2%. Sementara jika produk ini diresepkan dokter spesialis kulit maksimal hanya boleh mengandung 4% hidrokinon. Penggunaan hidrokinon di atas 4% dapat menyebabkan ruam pada kulit karena terbakar. Di Indonesia, produk pemutih yang mengandung hidrokinon sempat diperbolehkan beredar dengan kadar sama. Namun sejak tahun 2008, melalui Peraturan Kepala Badan POM Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik, kandungan hidrokinon di dalam produk pemutih tidak boleh digunakan sama sekali.
Selengkapnya dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa hidrokinon hanya boleh digunakan oleh tenaga profesional sebagai bahan pengoksidasi warna pada pewarna rambut dan cat kuku.
Penggunaan hidrokinon dalam kadar tinggi  atau yang berkelanjutan dapat memicu:
  • Hiperpigmentasi, yaitu menggelapnya warna kulit akibat pertambahan kadar melanin. Melasma atau bercak hitam adalah salah satu contoh kondisi hiperpigmentasi.
  • Vitiligo: menghilangnya pigmen kulit secara keseluruhan akibat matinya sel melanosit, penghasil melanin. Ciri utama vitiligo adalah munculnya bercak-bercak putih pada kulit.
  • Okronosis eksogen: kulit menjadi berwarna biru kehitaman. Umumnya disebabkan karena penumpukan homogentisic acid (penyakit alkaptonuria).
  • Steroid, kadang disebut juga corticosteroid, adalah bahan yang biasanya digunakan untuk mengurangi peradangan, contohnya pada kulit yang memerah dan gatal-gatal. Jika dikonsumsi dalam kadar tinggi atau secara berkelanjutan, steroid yang tergolong kuat ini dapat menyebabkan katarak dan pelemahan tulang.
Khususnya untuk kulit, efek samping dari pemakaian steroid adalah penipisan pada lapisan kulit. Jika kulit menjadi terlalu tipis, orang tersebut akan lebih mudah tergores atau terluka. Steroid yang dioleskan pada kulit dapat terserap oleh tubuh lalu masuk ke dalam pembuluh darah. Efek samping lainnya adalah:

  • Telangiektasis yaitu pembuluh darah kapiler nampak pada permukaan kulit akibat tipisnya lapisan kulit.
  • Timbul masalah kulit seperti jerawat.
  • Memperlambat penyembuhan luka.

Rhododenol
Rhododenol adalah bahan kimia alami dari kulit pohon birch putih yang mengurangi produksi melanin. Bahan ini sebenarnya sempat disahkan badan kesehatan Jepang dan bahkan digunakan dalam beberapa produk perusahaan kosmetik terkemuka  di Jepang. Namun bahan ini juga telah dicabut oleh pemerintah Jepang karena telah terbukti berdampak buruk pada kesehatan.
Meski demikian, produk-produk yang mengandung rhododenol dan sempat dijual di Indonesia ini akhirnya ditarik dari pasaran sejak bulan Juli 2013 lalu. Penarikan ini dilatarbelakangi laporan sejumlah konsumen yang mengeluh mengalami depigmentasi atau bercak-bercak putih pada kulit.

Kombinasi hidrokinon, kortikosteroid, dan retinoic acid
Kortikosteroid dan retinoic acid digunakan secara umum dalam pengobatan beberapa masalah kulit seperti hiperpigmentasi (bercak-bercak hitam pada kulit). Tetapi jika dicampur dengan hidrokinon, produk tersebut dianggap tidak aman. Dalam jangka panjang dan kadar berlebihan, penggunaannya dapat menyebabkan penipisan kulit dan membuat kulit berubah menjadi merah muda.

Ascorbic acid (vitamin C) dan turunannya
Vitamin C memutihkan kulit dengan berfungsi sebagai antioksidan kuat yang menekan reaksi oksidasi di dalam sintesis melanin. Vitamin C pemutih kulit biasa diberikan dalam bentuk suntikan. Suntik vitamin C juga sebaiknya dihindari wanita hamil karena bisa menggangu pertumbuhan janin. Meski efektif untuk mencerahkan kulit, tetapi jika diberikan dalam kadar tinggi dapat menimbulkan risiko:
  • Memperberat kerja ginjal hingga memicu gagal ginjal
  • Menyebabkan batu ginjal
  • Sakit kepala bahkan pingsan
Demi keamanan dan kesehatan, pemakai perlu memerhatikan kadar kandungan bahan dan cara pemakaian yang aman. Tetapi bahan yang aman sekalipun berpotensi berdampak buruk jika digunakan berlebihan jadi harus tetap berhati-hati. Berikut ini adalah bahan alami yang aman dan dapat membantu proses pemutihan kulit.

Kojic acid 
Bahan ini dihasilkan dari beberapa jenis jamur dan digunakan dalam proses pembuatan sake Jepang. Kojic acid tergolong aman. Namun iritasi seperti kulit kemerahan dapat terjadi pada orang-orang dengan kulit sensitif dan jika pemakaiannya dilakukan dengan sembarangan.

Arbutin
Ekstrak tanaman bearberry yang menghambat kerja tirosinase, yaitu enzim yang berperan penting dalam pembentukan melanin. Penggunaan arbutin dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping termasuk depigmentasi atau bercak-bercak pada kulit.
Ekstrak likoris
Ekstrak tanaman sejenis polong-polongan yang menghambat enzim tirosinase. Likoris relatif aman. Dalam jangka panjang likoris diserap oleh tubuh dan dapat berisiko memicu tekanan darah tinggi.

Ekstrak kamomil
Ekstrak tumbuhan kamomil menyerap pigmen melanin. Bahan ini sebaiknya dijauhi oleh orang-orang yang alergi terhadap tumbuh-tumbuhan sejenis bunga kamomil seperti bunga daisy.

Ekstrak mulberry
Sama seperti ekstrak likoris, bahan ini menghambat aktivitas tirosinase dan berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Belum banyaknya data tentang efek samping penggunaan mulberry pada wanita hamil dan menyusui membuat kelompok ini sebaiknya membatasi penggunaan.

Ekstrak teh hijau
Menghambat pelepasan melanosoma dari melanosit ke keratinosit dan mengurangi aktivitas tirosinase. Sejauh ini, penelitian belum membuktikan adanya efek samping untuk pemakaian ekstrak teh hijau dengan cara dioles pada kulit.

Antagonist alpha-MSH
Berguna untuk menghambat kerja enzim tirosinase dan proses produksi melanin. Efek sampingnya belum diketahui sepenuhnya.

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari dampak buruk pemutih berbahan berbahaya, yaitu:
  • Pastikan bahan pembuatan kosmetik yang akan Anda beli tidak mengandung zat berbahaya yang dilarang.
  • Produk kosmetik yang ter-registrasi wajib mencantumkan nomor izin edar. Sedangkan produk yang ternotifikasi tidak wajib mencantumkan nomor notifikasi, tapi wajib mencantumkan nama dan alamat produsen pada label.
  • Selalu baca label bahan kandungan pada setiap kemasan produk pemutih kulit, termasuk cara dan dosis penggunaan, komposisi, serta tanggal kedaluarsa.
  • Meski dampak penggunaan produk tertentu baru akan terasa dalam jangka panjang, namun tidak ada salahnya bagi Anda untuk melakukan uji kepekaan kosmetik dengan cara, oleskan produk ke plester, tempelkan plester selama 24 jam pada bagian dalam lengan bawah, jaga agar plester tidak terkena air, dan lepaskan plester dan periksa apakah produk tersebut bereaksi pada permukaan kulit Anda. Jika kulit tidak bereaksi buruk, kemungkinan besar produk tersebut aman bagi Anda. Namun hentikan penggunaan jika kulit menjadi kemerahan, gatal, melepuh, atau nyeri.
  • Konsultasikan penggunaan produk pemutih kulit kepada dokter sebelum digunakan, terutama jika Anda sedang hamil.

1 komentar: