Senin, 25 Mei 2015

Amankah Pemutihan Gigi?


Gigi yang sudah terlanjur bernoda tentu tak sedap dipandang. Bila perawatan rutin dan alamiah dirasa kurang, ada cara lain memutihkan kembali gigi, yaitu dengan teknik bleaching atau pemutihan. Pemutihan gigi atau bleaching adalah suatu tindakan untuk menghilangkan pewarnaan pada gigi secara kimiawi dengan menggunakan bahan oksidator atau reduktor.

Prosedur bleaching menggunakan bahan kimia, yang paling sering digunakan adalah peroksida (karbamid peroksida dan hydrogen peroksida). Karbamid peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi, mulai dari 3% hingga 15%. Dari hasil beberapa penelitian diketahui bahwa yang paling aman sekaligus efektif adalah karbamid peroksida 10%.

Proses ini melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi, dimana peroksida bertindak sebagai agen peng-oksidasi (oksidator). Karbamid peroksida akan terurai menjadi hydrogen peroksida dan urea. Hydrogen peroksida inilah yang akan menghasilkan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan molekul organik dalam email gigi. Dengan adanya reaksi ini, molekul organik yang berukuran besar dan berpigmentasi tinggi akan menjadi molekul berukuran lebih kecil dan lebih sedikit pigmen. Molekul kecil ini lebih sedikit merefleksikan cahaya. Hasil akhirnya gigi tampak lebih putih. Berikut ini adalah beberapa macam prosedur bleaching.

Teknik pemutihan internal untuk gigi non-vital (bleaching intra corona)
Gigi yang sudah non-vital (mati) ini terlebih dahulu harus dilakukan perawatan saluran akar (endodontik). Bahan bleaching yang umumnya digunakan adalah superoksol (hydrogen peroksida 30% – 35%) dan sodium perborat. Dokter gigi akan memasukkan bahan bleaching ini ke dalam mahkota gigi, ditutup dengan tambalan sementara dan pasien harus kembali setelah 3 sampai 7 hari.

Teknik pemutihan eksternal untuk gigi vital
At home bleaching
Perawatan bleaching yang dilakukan sendiri di rumah di sebut sebagai at home bleaching. Teknik at home bleaching yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan tray. Pertama-tama pasien dicetak untuk mendapatkan tray yang sesuai dengan rahanganya. Warna gigi pasien sebelum dilakukan perawatan dicatat, agar warna sebelum dan sesudah aplikasi dapat dibandingkan. Tray ini berfungsi untuk menjaga bahan bleaching hanya terfokus mengenai gigi saja, dan tidak mengenai jaringan lunak (gusi dan sekitarnya).


Aplikasi bahan at home bleaching ini bervariasi, tergantung petunjuk pabrik pembuatnya. Biasanya aplikasinya membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 2-8 jam per hari selama 2 minggu. Selain dengan menggunakan tray, at home bleaching juga dapat dilakukan dengan menggunakan kuas dan biasa disebut paint-on bleaching. Namun biasanya konsentrasi bahan yang digunakan lebih rendah, jadi hasilnya juga kurang memuaskan.

In office bleaching 

In-office bleaching biasanya menggunakan bahan hidrogen peroksida 35 %, dan dapat dilakukan dengan bantuan penyinaran atau dengan bantuan laser. Hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi ini jauh lebih efektif daripada karbamid peroksida yang digunakan di rumah (at-home bleaching) namun harus dilakukan oleh dokter gigi, karena ia berpotensi untuk menimbulkan iritasi pada jaringan lunak di sekitar gigi. Dengan adanya bantuan sinar atau panas, reaksi reduksi oksidasi dapat lebih cepat terjadi. Prosedur perawatan menjadi relatif singkat, yaitu rata-rata 1-2 jam per kunjungan. Sehingga hasilnya juga lebih memuaskan.



Efek samping dental bleaching
Efek samping yang paling sering terjadi setelah perawatan bleaching adalah sensitivitas gigi dan iritasi pada jaringan lunak seperti gusi. Hidrogen peroksida dapat berpentrasi ke ruang pulpa melalui email dan dentin, dan menyebabkan rasa ngilu. Oleh karena itu dianjurkan untuk dilakukan aplikasi fluor paska perawatan bleaching untuk mengurangi rasa ngilu.

Keadaan-keadaan di mana bleaching sebaiknya tidak dilakukan:
·  Ruang pulpa yang berisi pembuluh darah dan syaraf masih sangat besar, yaitu pada usia muda. Oleh karena itu bleaching tidak disarankan untuk anak-anak dan remaja.
·  Kehilangan lapisan email yang berat, seperti pada keadaan fluorosis yang berat atau pada kasus hipoplasia email dan amelogenesis imperfekta.
·  Orang yang giginya banyak tambalan atau restorasi, terutama pada daerah gigi depan.
·  Orang dengan riwayat alergi terhadap peroksida. Oleh karena itu, dokter gigi berperan penting dalam menentukan boleh atau tidaknya bleaching dilakukan. Keadaan rongga mulut perlu diperiksa terlebih dulu, gigi harus bersih dari kalkulus (karang gigi) dan karies.

Beberapa hal yang penting untuk diketahui :
·  Bila bleaching dilakukan secara berlebihan maka akan mencapai titik saturasi. Bila titik ini terlampaui, maka yang terjadi bukannya gigi bertambah putih tapi email akan rusak.
·  Prosedur pemutihan gigi tidak dijamin manjur untuk semua kasus. Tidak semua perubahan warna pada gigi dapat diperbaiki dengan prosedur bleaching. Gigi dengan tetracycline stain berat mungkin warnanya bisa lebih terang tapi garis khas yang terlihat di permukaan gigi yang berubah warna akibat antibiotik ini tidak akan dapat dihilangkan. Gigi dengan fluorosis berat juga tidak dapat diperbaiki dengan bleaching. Pada keadaan tersebut dokter gigi seharusnya menjelaskan kepada pasien agar tidak kecewa dengan hasil perawatan, dan memberi alternatif perawatan lain seperti pembuatan mahkota tiruan atau dengan restorasi lain seperti labial veneer.
·  Hasil dari perawatan bleaching bersifat sementara. Gigi mungkin kembali kuning, meski lamanya ketahanan efek dari perawatan ini masih diperdebatkan. Pola makan dan minum serta penjagaan kebersihan mulut sangat mempengaruhi efek jangka panjang dari perawatan bleaching. Setelah beberapa lama, perawatan bleaching dapat kembali dilakukan.

1 komentar: