Gigi yang sudah terlanjur bernoda tentu tak sedap
dipandang. Bila perawatan rutin dan alamiah dirasa kurang, ada cara lain
memutihkan kembali gigi, yaitu dengan teknik bleaching atau pemutihan. Pemutihan
gigi atau bleaching adalah suatu tindakan untuk menghilangkan pewarnaan pada
gigi secara kimiawi dengan menggunakan bahan oksidator atau reduktor.
Prosedur bleaching menggunakan bahan kimia, yang
paling sering digunakan adalah peroksida (karbamid peroksida dan hydrogen
peroksida). Karbamid peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi, mulai dari
3% hingga 15%. Dari hasil beberapa penelitian diketahui bahwa yang paling aman
sekaligus efektif adalah karbamid peroksida 10%.
Proses
ini melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi, dimana peroksida bertindak sebagai
agen peng-oksidasi (oksidator). Karbamid peroksida akan terurai menjadi
hydrogen peroksida dan urea. Hydrogen peroksida inilah yang akan menghasilkan
radikal bebas, yang akan bereaksi dengan molekul organik dalam email gigi.
Dengan adanya reaksi ini, molekul organik yang berukuran besar dan
berpigmentasi tinggi akan menjadi molekul berukuran lebih kecil dan lebih
sedikit pigmen. Molekul kecil ini lebih sedikit merefleksikan cahaya. Hasil
akhirnya gigi tampak lebih putih. Berikut ini adalah beberapa macam
prosedur bleaching.
Teknik pemutihan internal untuk gigi non-vital
(bleaching intra corona)
Gigi yang sudah non-vital (mati) ini terlebih
dahulu harus dilakukan perawatan saluran akar (endodontik). Bahan bleaching
yang umumnya digunakan adalah superoksol (hydrogen peroksida 30% – 35%) dan
sodium perborat. Dokter gigi akan memasukkan bahan bleaching ini ke dalam
mahkota gigi, ditutup dengan tambalan sementara dan pasien harus kembali
setelah 3 sampai 7 hari.
Teknik pemutihan eksternal untuk gigi vital
At home bleaching
Perawatan bleaching yang dilakukan sendiri di
rumah di sebut sebagai at home bleaching. Teknik at home bleaching yang banyak
dilakukan adalah dengan menggunakan tray. Pertama-tama pasien dicetak untuk
mendapatkan tray yang sesuai dengan rahanganya. Warna gigi pasien sebelum
dilakukan perawatan dicatat, agar warna sebelum dan sesudah aplikasi dapat
dibandingkan. Tray ini berfungsi untuk menjaga bahan bleaching hanya
terfokus mengenai gigi saja, dan tidak mengenai jaringan lunak (gusi dan
sekitarnya).
Aplikasi
bahan at home bleaching ini bervariasi, tergantung petunjuk pabrik pembuatnya.
Biasanya aplikasinya membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 2-8 jam per hari
selama 2 minggu. Selain dengan
menggunakan tray, at home bleaching juga dapat dilakukan dengan menggunakan
kuas dan biasa disebut paint-on bleaching. Namun biasanya konsentrasi bahan
yang digunakan lebih rendah, jadi hasilnya juga kurang memuaskan.
In office
bleaching
In-office bleaching biasanya menggunakan bahan
hidrogen peroksida 35 %, dan dapat dilakukan dengan bantuan penyinaran atau dengan
bantuan laser. Hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi ini jauh lebih efektif
daripada karbamid peroksida yang digunakan di rumah (at-home bleaching) namun
harus dilakukan oleh dokter gigi, karena ia berpotensi untuk menimbulkan
iritasi pada jaringan lunak di sekitar gigi. Dengan
adanya bantuan sinar atau panas, reaksi reduksi oksidasi dapat lebih cepat
terjadi. Prosedur perawatan menjadi relatif singkat, yaitu rata-rata 1-2 jam
per kunjungan. Sehingga hasilnya juga lebih memuaskan.
Efek samping dental bleaching
Efek samping yang paling sering terjadi setelah
perawatan bleaching adalah sensitivitas gigi dan iritasi pada jaringan lunak
seperti gusi. Hidrogen peroksida dapat berpentrasi ke ruang pulpa melalui email
dan dentin, dan menyebabkan rasa ngilu. Oleh karena itu dianjurkan untuk
dilakukan aplikasi fluor paska perawatan bleaching untuk mengurangi rasa ngilu.
Keadaan-keadaan di mana bleaching sebaiknya tidak dilakukan:
Keadaan-keadaan di mana bleaching sebaiknya tidak dilakukan:
· Ruang pulpa yang
berisi pembuluh darah dan syaraf masih sangat besar, yaitu pada usia muda. Oleh
karena itu bleaching tidak disarankan untuk anak-anak dan remaja.
· Kehilangan
lapisan email yang berat, seperti pada keadaan fluorosis yang berat atau pada
kasus hipoplasia email dan amelogenesis imperfekta.
· Orang yang
giginya banyak tambalan atau restorasi, terutama pada daerah gigi depan.
· Orang dengan
riwayat alergi terhadap peroksida. Oleh karena itu, dokter gigi berperan
penting dalam menentukan boleh atau tidaknya bleaching dilakukan. Keadaan rongga
mulut perlu diperiksa terlebih dulu, gigi harus bersih dari kalkulus (karang
gigi) dan karies.
Beberapa hal yang penting untuk diketahui :
· Bila bleaching
dilakukan secara berlebihan maka akan mencapai titik saturasi. Bila titik ini terlampaui, maka yang terjadi bukannya gigi bertambah putih tapi email akan
rusak.
· Prosedur
pemutihan gigi tidak dijamin manjur untuk semua kasus. Tidak semua perubahan
warna pada gigi dapat diperbaiki dengan prosedur bleaching. Gigi dengan
tetracycline stain berat mungkin warnanya bisa lebih terang tapi garis khas
yang terlihat di permukaan gigi yang berubah warna akibat antibiotik ini tidak
akan dapat dihilangkan. Gigi dengan fluorosis berat juga tidak dapat diperbaiki
dengan bleaching. Pada keadaan tersebut dokter gigi seharusnya menjelaskan
kepada pasien agar tidak kecewa dengan hasil perawatan, dan memberi alternatif
perawatan lain seperti pembuatan mahkota tiruan atau dengan restorasi lain
seperti labial veneer.
· Hasil dari
perawatan bleaching bersifat sementara. Gigi mungkin kembali kuning, meski
lamanya ketahanan efek dari perawatan ini masih diperdebatkan. Pola makan dan
minum serta penjagaan kebersihan mulut sangat mempengaruhi efek jangka panjang
dari perawatan bleaching. Setelah beberapa lama, perawatan bleaching dapat
kembali dilakukan.
sempat tertarik untuk bleaching gigi
BalasHapuseye shadow emina